BAB I
PENDAHULUAN
Setiap bentuk aktifitas manusia memerlukan energi disebut sebagai kerja.
Aktifitas kerja membutuhkan energi agar otot dapat berkontraksi. Pada dasarnya
ada dua macam sistem metabolisme energi yang diperlukan dalam setiap aktifitas
gerak manusia yaitu, metabolisme (1). Sistem energi anaerob, dan (2). Sistem
energi aerobik. Adapun letak perbedaan pada kedua sistem tersebuut adalah ada
tidaknya bantuan oksigen (O2) selama proses pemenuhuan kebutuhan energi
berlangsung. Seistem aerobik selama proses pemenuhan energinya tidak memerlukan
bantuan oksigen (O2), namun menggunakan sistem energi yang tersimpan dalam
otot, yaitu ATP dan PC, sebaliknya sistem energi aerobik dalam proses pemenuhan
kebutuhan energinya untuk bergerak memerlukan bantuan oksigen (O2) yang diperoleh
dengan cara menghirup udara melalui sistem pernafasan. 1. Sistem metabolisme
aerobik Adalah serentetan proses kimiawi yang tidak memerlukan adanya oksigen.
Pada setiap awal kerja otot, kebutuhan energi dipenuhi oleh persedian ATP yang
terdapat dalam sel otot (Bowers dan Fox, dkk. 1992), ATP merupakan senyawa kaya
energi sehingga merupakan bentuk energi kimia yang siap pakai untuk aktivitas
otot yang pertama kali, namun hanya mampu menopang kerja selama 5 detik bila
ttidak ada sistem energi lain. Agar kerja otot dapat berlangsung lebih lama
maka diperlukan Phospo Creatin (PC) yang mampu memperpanjang kerja selama
kira-kira 10 detik (Nossek, 1992). Phospo Creatin juga merupakan senyawa kaya
energi yang berkaitan erat dengan ATP. Di dalam otot menyimpan sejumlah ATP dan
PC dalam jumlah sedikit secara kolektif yang di sebut phospagen. Menurut Bowers
dan Fox (1992) jumlah ATP-PC didalam otot wanita sebesar 0,3 mol dan untuk
laki-laki sebesar 0,6 mol. Dengan demikian jumlah energi yang tersedia bila
menggunakan sistem ATP-PC sangat terbatas. Untuk itu apabila kerja otot masih
berlangsung lama lagi, maka kebutuhan energi yang diperlukan dipenuhi oleh
sistem glikolisis atau asam laktat (glikolisis anaerob). Sistem ini akan mampu
memerpanjang kerja sampai denggan 120 detik (McArdle, dkk 1956). Glokolisis
adalah proses pemecahan karbohidrat (gula), sedangkan aerobik berarti tanpa
bantuan oksigen. Dalam proses glikolosis aerobik gula dipecah mencadi ATP untuk
mensuplai energi yang diperlukan oleh otot. Apabila karbohidrat mencadi parsial
(bagian), maka salah satu hasil akhirnya adalah asam laktat, sehingga dinamakan
sistem asam laktat. Selama berlangsungnya pemenuhan energi anaerob, didalam
jaringan otot dan darah akan terjadi timbunan asam laktat. Apabila timbunan asam
laktat semakin banyak dan tidak tidak mampu disitesiskan lagi menjadi sumber
energi, dalam proses sistem asam laktat, maka akan menyebabkan terjadinya
kelelahan otot, salah satu tanda kelelahan otot adalah terjadinya kejang otot
(kramp) yang disebabkan oleh tidal lancarnya proses resintesis asam laktat
menjadi ATP kembali ke dalam otot. Adapun ciri sistem energi yang anaerobik,
meliputi anaerobik alaktik dan laktik adalah sebagai berikut. Ciri sistem
energi anaerobik alaktik : -Intensitas kerja maksimal -Lama kerja kira-kira 10
detik -Irama kerja eksplosif -Aktifitas menghasilkan Adenosin diphospat (ADP) +
energi Ciri sistem energi anaerobik laktik : -Intensitas kerja maksimal -Lama
kerja antara 10 sampai 120 detik -Irama kerja eksplosif -Aktifitas menghasilkan
asam laktat dan energi 2. Sistem metabolisme aerobik Aerobik berarti ada
bantuan oksigen, sehingga metabolisme aerobik adalah serentetan reaksi kimia
yang memerlukan adanya oksigen. Setelah proses pemecahan energi berlangsung
selama kurang lebih 120 detik, maka asam laktat sudah tidak dapat di
resistensis lagi menjadi sistem energi, untuk itu perlu diperlukan oksigen (O2)
untuk membantu proses resistensi asam laktat menjadi sumber energi kembali.
Oksigen yang masuk digunakan untuk membantu pemecahan senyawa glikoligen dan
karbohidrat (Bowers dan Fox, dkk, 1992). Dengan adanya oksigen maka pemecahan
glikogen secara penuh menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) yang akan
menjadi ATP. Seluruh rangkaian proses tersebuut dinamakan glikolisis aerobik.
Glikolisis aerobik adalah pemecahan glikogen dengan bantuan oksigen. Ada
perbedaan antara glikolisis aerobik dan glikolisis anaerobik, yaitu dengan
adanya bantuan oksigen asam laktat yang tersimpan dalam otot, dengan kata lain
bantuan oksigen dapat membantu menghambat terjadinya asam laktat di dalam otot,
tetapi oksigen tersebut tidak merisentesis ATP. Fungsi oksigen dalam proses ini
adalah mengalihkan asam laktat dengan asam pyrufat ke dalam sistem aerobik
setelah diresitesis ATP. Jadi selama proses glikolisis aerobik, glikogen
dipecah menjadi asam pyrufat menghasilkan energi untuk merisentetis ATP (Bowers
dan Fox, 1992). Untuk lebih jelasnya proses terjadi reaksi secara beruntun
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : a. (C6H12)6)n 2C3 H4 O3 + Energi
(Glykogen) (Asam pyruvat) b. Energi + 3 ADP + Pi ATP Adapun ciri dari sistem
energi aerobik di tinjau dari intensitas, durasi, irama adalah sebagai berikut,
Ciri-ciri sistem aerobik – Intensitas kerja sedang – Lama kerja lebih dari 3
menit – Irama gerak (kerja) lancar dan terus menerus (kontinyu) – Selama
aktifitas menghasilkan karbondioksida + air (CO2H20) Dalam kinerja (penampilan)
aktifitas olahraga kedua sistem enerrgi tersebut memiliki karateristik berbeda.
Perbedaan ini merupakan dasar pada saat menetukan setiap metode yang
disesuaikan dengan tujuan. Banyak faktor yang ikut menentukan pemilihan dan
bentuk latihan selain kedua sumber energi tersebut, diantaranya adalah faktor
teknik, taktik, macam gerak, dan kebutuhan energi dominan. Selanjutnya aktivitas
yang suber energinya dari sistem aerobik cenderung mengunakan power yang rendah
dan berhubungan erat dengan ketahanan kardiorespirasi. Sedangkan aktifitas yang
suber energinya berasal dari anaerobik cenderung mengunakan power yang tinggi
dan berkaitan erat dengan power otot serta ketahanan otot.
Sistem
Energi
Untuk
menghasilkan energi, terapat 2 (dua) sistem energi, yaitu sistem energi
anaerobik (tidak memerlukan oksigen) dan sistem energi aerobik (memerlukan
oksigen). Sementar itu, sistem energi anaerobik dibedakan menjadi 2, yakni
anaerobik alaktik (tidak menghasilkan asam laktat) dan anaerobik laktik
(menghasilkan asam laktat).
Sistem Energi Anaerobik Alaktik (Phosphagen System)
Sistem Energi Anaerobik Alaktik (Phosphagen System)
Sistem ini menyediakan energi siap pakai yang
diperlukan untuk permulaan aktivitas fisik dengan intensitas tinggi (height
Intensity). Sumber energi diperoleh dari pemecahan simpanan ATP dan PC yang
tersedia di dalam otot. Pada aktivitas maksimum, sistem ini hanya dapat
dipertahankan 6-8 detik (Short Duration) karena simpanan ATP dan PC sangat
sedikit, setiap 1 kg otot mengandung 4-6 mM ATP dan 15-17 mM PC. 1 Mole = 1.000
mMol setara 7-12 kalori. Cabang olahraga yang menggunakan sistem ini antara
lain lari cepat 100 meter, renang 25 meter, dan angkat besi.
Sistem Energi Anaerobik Laktik (Lactid Acid System)
Sistem Energi Anaerobik Laktik (Lactid Acid System)
Apabila aktivitas fisik terus berlanjut, sedangkan
penyediaan energi dari sistem anaerobik alaktik sudah tidak mencukupi lagi,
maka energi akan disediakan dengan cara mengurai glikogen otot dan glukosa
darah melauli jalur glikolisis anaerobik (tanpa bantuan oksigen). Glikolisis
anaerobik menghasilkan energi (2-3 ATP), juga menghasilkan asam laktat. Asam
laktat yang terbentuk dan tertumpuk menyebabkan sel menjadi asam yang akan
mempengaruhi efisiensi kerja otot, nyeri otot dan kelelahan. Asam laktat dapat
diolah menjadi energi kembali dalam bentuk glukosa melauli siklus Corry. Hampir
semua cabang olahraga seperti sepakbola, bola voli, basket menggunakan sistem
energi ini. Setiap 1 kg otot mengandung 4-5 mM ATP dan 15-17 PC.
Sistem Energi Aerobik
Untuk
aktivitas dengan intensitas rendah (low intensity) yang dilakukan dalam waktu
lama atau lebih dari 2 menit (long duration), energi disediakan melalui sistem
energi aerobik, yakni pemecahan nutrion bakar (karbohidrat, lemak, dan protein)
dengan bantuan oksigen. ATP yang dihasilkan oleh sistem ini 20 kali lebih
banyak daripada yang dihasilkan oleh sistem anaerobik, yakni sejumlah 38-39
ATP.
Sistem
energi anaerobik dan aerobik bekerja secara serempak, sesuai dengan kebutuhan ATP
yang diperlukan tubuh untuk bergerak. ATP berfungsi untuk kontraksi otot,
pencernaan, sekresi kelenjar, sirkulasi dan transmisi syaraf. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa anaerobik untuk intensitas tinggi dengan durasi pendek,
sedangkan aerobik untuk intensitas rendah dengan durasi lama.
Kemampuan
tubuh menggunakan oksigen secara maksimal (VO2 Max) merupakan cara efisien guna
menyediakan energi, yang menjadi tuntutan bagi setiap olahragawan untuk dapat
berprestasi. Semakin lama dan keras berlatih akan semakin meningkatkan
kebutuhan oksigen untuk memenuhi kebutuhan energi. Namun, tubuh mempunyai
kemampuan terbatas mengambil oksigen sehingga setiap orang mempunyai batas
kemampuan maksimum yang berbeda. Intensitas kerja biasanya digambarkan dengan
persentas (%) VO2 maz, pada tingkat kerja kurang dari 60-65% VO2 max. Sumbangan
karbohidrat dan lemak seimbang dan pada tingkat kerja di atas 65% sumber energi
utama berasal dari karbohidrat.
Masing-masing sistem energi tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan, antara lain sistem energi anaerobik lebih cepat
menghasilkan energi yang dapat segera dipergunakan, tetapi jumlah energi yang
dihasilkan sedikit sehingga aktivitas hanya dapat dilakukan dalam waktu yang
singkat. Sebaliknya, sistem aerobik menghasilkan energi dalam waktu yang
relatif lama, tetapi jumlah energi yang dihasilkan lebih banyak sehingga dapat
dipergunakan untuk gerakan yang lebih lama.
Latar belakang
Manusia dalam melakukan kegiatan atau aktivitas setiap
hari membutuhkan energi, baik untuk bergerak maupun untuk bekerja. Kemampuan
tubuh manusia untuk melangsungkan kegiatannya dipengaruhi oleh struktur
fisiknya. Tubuh manusia terdiri dari struktur tulang, otot, saraf, dan proses
metabolisme. Rangka tubuh manusia disusun dari 206 tulang yang berfungsi untuk
melindungi dan melaksanakan kegiatan fisiknya, dimana tulang-tulang tersebut
dihubungkan dengan sendi-sendi otot yang dapat berkontraksi. Otot-otot ini
berfungsi mengubah energi kimia menjadi energi mekanik, dimana kegiatannya
dikontrol oleh sistem saraf sehingga dapat bekerja secara optimal.
Hasil dari proses metabolisme yang terjadi di otot,
berupa kumpulan proses kimia yang mengubah bahan makanan menjadi dua bentuk,
yaitu energi mekanik dan energi panas. Bahan makanan diproses pada sistem pencernaan
yang meliputi lambung, diurai atau dihaluskan menjadi seperti bubur, kemudian
masuk ke usus halus untuk diserap. Bahan-bahan makanan tersebut selanjutnya
masuk ke sistem peredaran darah, lalu menuju ke sistem otot.
Begitu juga dengan udara yang dihirup melalui hidung
akan masuk ke paru-paru atau sistem pernapasan, dimana zat oksigen yang turut
masuk ke paru-paru selanjutnya oleh paru-paru dikirim ke sistem peredaran
darah. Selain itu paru-paru berfungsi juga untuk mengambil karbon dioksida dari
sistem peredaran darah untuk dikeluarkan dari dalam tubuh. Selanjutnya oksigen
yang telah berada di sistem peredaran darah dikirimkan ke sistem otot, yang
akan bertemu dengan zat gizi untuk beroksidasi menghasilkan energi.
Selain menghasilkan energi, proses ini juga
menghasilkan asam laktat yang dapat menghambat proses metabolisme pembentukan
energi selanjutnya. Selama kebutuhan oksigen terpenuhi dalam proses
metabolisme, oksigen sisa yang ada di dalam darah digunakan untuk menguraikan
asam laktat menjadi glikogen untuk digunakan kembali menghasilkan energi.
Bila ditinjau pada tingkat sel, tubuh manusia disusun
dari 100 triliun sel dan mempunyai sifat dasar tertentu yang sama. Setiap sel
digabung oleh struktur penyokong intrasel, dan secara khusus beradaptasi untuk
melakukan fungsi tertentu. Dari total sel yang ada tersebut, 25 triliun sel
merupakan sel darah merah yang mempunyai fungsi sebagai alat tranportasi bahan
makanan dan oksigen di dalam tubuh dan membawa karbon dioksida menuju paru-paru
untuk dikeluarkan.
Disamping itu, hampir semua sel juga mempunyai
kemampuan untuk berkembang biak, walaupun sel-sel tertentu rusak karena suatu
sebab, sel-sel yang tersisa dari jenisnya akan membelah diri secara kontinyu
sampai jumlah yang sesuai untuk membentuk seperti semula. Semua sel menggunakan
oksigen sebagai salah satu zat utama untuk membentuk energi, dimana mekanisme
umum perubahan zat gizi menjadi energi di semua sel pada dasarnya sama.
Bahan makanan yang berupa karbohidrat, lemak, dan
protein yang dioksidasi akan menghasilkan energi. Energi dari karbohidrat,
lemak, dan protein semuanya digunakan untuk membentuk sejumlah besar Adenosine
Tri Posphate (ATP), dan selanjutnya ATP tersebut digunakan sebagai sumber
energi bagi banyak fungsi sel. Bila ATP diurai secara kimia sehingga menjadi Adenosine
Di Posphate (ADP) akan menghasilkan energi sebesar 8 kkal/mol, dan cukup
untuk berlangsungnya hampir semua langkah reaksi kimia dalam tubuh. Beberapa
reaksi kimia yang memerlukan energi ATP hanya menggunakan beberapa ratus kalori
dari 8 kkal yang tersedia, sehingga sisa energi ini hilang dalam bentuk panas.
Beberapa fungsi utama ATP sebagai sumber energi adalah untuk mensintesis
komponen sel yang penting, kontraksi otot, dan transport aktif untuk melintasi
membran sel.
Bila dilihat secara persentase, energi yang menjadi
panas sebesar 60% selama pembentukan ATP, kemudian lebih banyak lagi energi
yang menjadi panas sewaktu dipindahkan dari ATP ke sistem fungsional sel.
Sehingga hanya 25% dari seluruh energi dari makanan yang digunakan oleh sistem
fungsional sel.
Sistem Energi dan Metabolisme Energi dalam
Olahraga
Saat sedang berolahraga terdapat dua simpanan energi utama yang akan
digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan energi yaitu simpanan karbohidrat dan
lemak. Simpanan karbohidrat terdapat dalam jumlah yang terbatas di dalam
tubuh yaitu sekitar 0.5 kg dan tersimpan dalam bentuk glikogen otot, glikogen
hati dan glukosa darah. Sedangkan lemak dalam jumlah yang besar akan
tersimpan di dalam jaringan adipose dan di dalam otot sebagai triasilgliserol.
Proses produksi energi di dalam sel otot akan
berlangsung tepatnya di dalam mitokondria sel. Di dalam
mitokondria, lemak atau karbohidrat akan dioksidasi atau dalam istilah yang
lebih popular akan di ‘bakar’ untuk menghasilkan molekul energi ATP ( adenosin
trifosfat ) yang merupakan sumber energi di dalam sel-sel tubuh.
Selama berolahraga, secara ideal energi harus dapat
diperoleh oleh sel-sel otot dengan laju yang sama dengan kebutuhannya. Adanya
ketidakseimbangan antara laju pemakaian energi dengan pergantian atau jumlah
persediaan energi akan mengurangi kerja maksimal otot sehingga
secara perlahan intensitas olahraga akan menurun dan tubuh akan terasa lelah
akibat dari terjadinya ketidakseimbangan neraca energi.
Sumber Energi dalam Olahraga
Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi
melalui sumber-sumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui
pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui
pemecahan protein. Diantara ketiganya, simpanan protein bukanlah merupakan
sumber energi yang langsung dapat digunakan oleh tubuh dan protein baru akan
terpakai jika simpanan karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu untuk menghasilkan
energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penggunaan antara lemak ataupun karbohidrat
oleh tubuh sebagai sumber energi untuk dapat mendukung kerja otot akan
ditentukan oleh 2 faktor yaitu intensitas serta durasi olahraga yang dilakukan.
Pada olahraga intensitas rendah (ą25 VO max) dengan
waktu durasi yang panjang seperti jalan kaki atau lari-lari kecil, pembakaran
lemak akan memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan
pembakaran karbohidrat dalam hal produksi energi tubuh. Namun walaupun lemak
akan berfungsi sebagai sumber energi utama tubuh dalam olahraga dengan
intensitas rendah, ketersediaan karbohidrat tetap akan dibutuhkan oleh tubuh
untuk menyempurnakan pembakaran lemak serta untuk mempertahankan level glukosa
darah.
Pada olahraga intensitas moderat-tinggi yang bertenaga
seperti sprint atau juga pada olahraga beregu seperti sepakbola atau bola
basket , pembakaran karbohidrat akan berfungsi sebagai sumber energi utama
tubuh dan akan memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan
pembakaran lemak dalam memproduksi energi di dalam tubuh. Kontribusi pembakaran
karbohidrat sebagai sumber energi utama tubuh akan meningkat hingga sebesar
100% ketika intensitas olahraga berada pada rentang 70-95% VO max.
Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk
glukosa di dalam tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi.
Terbentuk dari mokekul glukosa yang saling mengikat dan membentuk molekul yang
lebih kompleks, simpanan glikogen memilik fungsi sebagai sumber energi tidak hanya
bagi kerja otot namun juga merupakan sumber energi bagi sistem pusat syaraf dan
otak.
Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua
kompartemen utama yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Pada
jaringan otot, glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 1% dari total massa
otot sedangkan di dalam hati glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 8-10%
dari total massa hati. Walaupun memiliki persentase yang lebih kecil namun
secara total jaringan otot memiliki jumlah glikogen 2 kali lebih besar di
bandingkan dengan glikogen hati.
Pada jaringan otot, glukosa yang tersimpan dalam
bentuk glikogen dapat digunakan secara langsung oleh otot tersebut untuk
menghasilkan energi. Begitu juga dengan hati yang dapat mengeluarkan glukosa
apabila dibutuhkan untuk memproduksi energi di dalam tubuh. Selain itu glikogen
hati juga mempunyai peranan yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh yaitu
berfungsi untuk menjaga level glukosa darah.
Sebagai sumber energi simpanan glikogen yang terdapat
di dalam tubuh secara langsung akan mempengaruhi kapasitas atau performa
seorang atlet saat menjalani program latihan ataupun juga saat pertandingan.
Secara garis besar hubungan antara konsumsi karbohidrat, simpanan glikogen dan
performa olahraga dapat di simpulkan sebagai berikut:
·
Konsumsi karbohidrat yang tinggi akan meningkatkan
simpanan glikogen tubuh.
·
Semakin tinggi simpanan glikogen maka kemampuan tubuh
untuk melakukan aktivitas fisik juga akan semakin meningkat
·
Level simpanan glikogen tubuh yang rendah menurunkan
atau membatasi kemampuan atlet untuk mempertahankan intensitas dan waktu
latihannya.
·
Level simpanan glikogen tubuh yang rendah menyebabkan
atlet menjadi cepat lelah jika dibandingkan dengan seorang atlet dengan
simpanan glikogen tinggi.
·
Konsumsi karbohidrat setelah latihan atau pertandingan akan
mempercepat penyimpanan glikogen yang kemudian juga akan mempercepat
proses pemulihan (recovery) seorang atlet.
Protein
Protein merupakan salah satu jenis nutrisi yang
mempunyai fungsi penting sebagai bahan dasar bagi pembentukan jaringan tubuh
atau bahan dasar untuk memperbaiki jaringan-jaringan tubuh yang telah rusak.
Selain dari kedua fungsi tersebut, protein juga akan mempunyai fungsi sebagai
bahan pembentuk hormon dan pembentuk enzim yang akan kemudian juga akan
terlibat dalam berbagai proses metabolisme tubuh. Kebutuhan protein bagi
seorang atlet disebutkan berada berada pada rentang 1.2-1.6 gr/kg berat badan
per-harinya dan nilai ini berada diatas kebutuhan protein bagi non-atlet yaitu
sebesar 0.6-0.8 gr/kg berat badan.
Peningkatkan kebutuhan protein bagi atlet ini
disebabkan oleh karena atlet lebih beresiko untuk mengalami kerusakan jaringan
otot terutama saat menjalani latihan atau pertandingan olahraga yang berat.
Selain itu pada olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) dengan durasi
panjang sebagian kecil asam amino dari protein juga akan digunakan sebagai
sumber energi terutama saat simpanan glikogen sudah semakin berkurang. Oleh
karena hal-hal tersebut diatas maka kebutuhkan konsumsi protein seorang atlet
dalam kesehariannya akan relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan
non-atlet.
Pengunaan protein sebagai sumber energi tubuh saat
berolahraga biasanya akan dicegah karena hal tersebut akan menganggu fungsi
utamanya sebagai bahan pembangun tubuh dan fungsiya untuk memperbaiki
jaringan-jaringan tubuh yang rusak. Dan dalam hubungannya dengan laju produksi
energi di dalam tubuh, pemecahan protein jika dibandingkan dengan
pembakaran karbohidrat maupun lemak juga hanya akan memberikan kontribusi yang
relatif kecil.
Pada saat berolahraga terutama olahraga yang bersifat
ketahanan, protein dapat memberikan kontribusi sebesar 3-5% dalam produksi
energi tubuh dan kontribusinya ini dapat mengalami peningkatan melebihi 5%
apabila simpanan glikogen dan glukosa darah sudah semakin berkurang sehingga
tidak lagi mampu untuk mendukung kerja otot. Melalui asam amino yang dilepas
oleh otot atau yang berasal dari jaringan-jaringan tubuh lainnya, liver (hati)
melalui proses gluconeogenesis dapat mengkonversi asam amino atau
substrat lainya menjadi glukosa untuk kemudian mengeluarkannya ke dalam aliran
darah agar konsentrasi glukosa darah dapat dipertahankan pada level normal.
Namun pengunaan protein sebagai sumber energi seperti
yang telah disebutkan akan mengurangi fungsi utamanya sebagai bahan pembangun
tubuh serta juga fungsinya untuk memperbaiki jaringan-jaringan tubuh yang
rusak. Selain itu, pembakaran protein sebagai sumber energi juga akan
memperbesar resiko terjadinya dehidrasi akibat dari adanya produk samping
berupa nitrogen yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh melalui urine. Oleh
karena itu untuk mencegah pemakaian protein secara berlebihan sebagai sumber
energi saat berolahraga, seorang atlet diharapkan untuk mengkonsumsi
karbohidrat yang cukup agar dapat meningkatkan simpanan glikogen dan juga dapat
menjaga level glukosa darah di dalam tubuh.
Lemak
Di dalam tubuh, lemak dalam bentuk trigliserida akan
tersimpan dalam jumlah yang terbatas pada jaringan otot dan akan tersimpan
dalam jumlah yang cukup besar pada jaringan adipose. Ketika sedang
berolahraga, trigliserida yang tersimpan ini dapat terhidrolisis menjadi
gliserol dan asam lemak bebas (free fatty acid / FFA) untuk kemudian
menghasilkan energi.
Pada olahraga dengan intensitas rendah sepeti jalan
kaki atau lari-lari kecil, ketika kebutuhan energi rendah dan kecepatan
ketersediaan energi bukanlah merupakan hal yang penting, simpanan lemak akan
memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber energi utama bagi tubuh.
Kontribusi simpanan lemak sebagai sumber energi tubuh baru akan berkurang
apabila terjadi peningkatan intensitas dalam berolahraga.
Pada saat terjadinya peningkatan intensitas olahraga
yang juga akan meningkatkan kebutuhan energi, pembakaran lemak akan memberikan
kontribusi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan pembakaran karbohidrat
untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam tubuh. Walaupun pembakaran lemak ini
memberikan kontribusi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan pembakaran
karbohidrat saat intensitas olahraga meningkat, namun kuantitas lemak yang
terbakar tetap akan lebih besar jika dibandingkan saat berolahraga dengan
intensitas rendah.
Pada saat berolahraga kompetitif dengan intensitas
tinggi, pengunaan lemak sebagai sumber energi tubuh akibat dari mulai
berkurangnya simpanan glikogen otot dapat menyebabkan tubuh terasa lelah
sehingga secara perlahan intensitas olahraga akan menurun. Hal ini disebabkan
karena produksi energi melalui pembakaran lemak berjalan lebih lambat jika
dibandingkan dengan laju produksi energi melalui pembakaran karbohidrat
walaupun pembakaran lemak akan menghasilkan energi yang lebih besar (9kkal/gr)
jika dibandingan dengan pembakaran karbohidrat (4 kkal/gr). Perlu juga untuk
diketahui bahwa jaringan adipose dapat menghasilkan asam lemak bebas dalam
jumlah yang tidak terbatas, sehingga kelelahan serta penurunan performa yang
terjadi pada saat berolahraga tidak akan disebabkan oleh penurunan simpanan
lemak tubuh.
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan nutrisi sumber energi yang tidak
hanya berfungsi untuk mendukung aktivitas fisik seperti berolahraga. Namun,
karbohidrat juga merupakan sumber energi utama bagi sistem pusat saraf termasuk
otak. Di dalam tubuh, karbohidrat yang dikonsumsi oleh manusia dapat tersimpan
di dalam hati dan otot sebagai simpanan energi dalam bentuk glikogen. Total
karbohidrat yang dapat tersimpan di dalam tubuh orang dewasa kurang lebih
sebesar 500 gr atau mampu untuk menghasilkan energi sebesar 2000 kkal. Di dalam
tubuh manusia, sekitar 80% dari karbohidrat ini akan tersimpan sebagai glikogen
di dalam otot, 18-22% akan tersimpan sebagai glikogen di dalam hati dan sisanya
akan bersirkulasi di dalam aliran darah dalam bentuk glukosa.
Pada saat berolahraga terutama olahraga dengan
intensitas moderat-tinggi, kebutuhan energi bagi tubuh dapat terpenuhi melalui
simpanan glikogen, terutama glikogen otot serta melalui simpanan glukosa yang
terdapat di dalam aliran darah (blood glucose) dimana
ketersediaan glukosa di dalam aliran darah ini dapat dibantu oleh glikogen hati
agar levelnya tetap berada pada keadaan normal. Proses pembakaran 1 gram
karbohidrat akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal. Walaupun nilai ini relatif
lebih kecil jika dibandingkan dengan energi hasil pembakaran lemak, namun
proses metabolisme energi karbohidrat akan mampu untuk menghasilkan ATP
(molekul dasar pembentuk energi) dengan kuantitas yang lebih besar serta dengan
laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan pembakaran lemak.
Simpanan
karbohidrat ( glikogen )
Jumlah simpanan glikogen yang terdapat di dalam tubuh
merupakan salah satu faktor penentu performa seorang atlet. Atlet yang
mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang besar dalam sehari-hari akan memilki
simpanan glikogen yang relatif lebih besar jika dibandingan dengan atlet yang
mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang kecil. Dengan simpanan glikogen yang
rendah, seorang atlet dalam menjalankan latihan atau pertandingannya akan cepat
merasa lelah sehingga kemudian mengakibatkan terjadinya penurunan intensitas
dan performa olahraga. Hal ini berbeda dengan seorang atlet yang akan memiliki
performa dan ketahanan yang lebih baik apabila memiliki simpanan glikogen yang
besar.
Perlu juga untuk diketahui bahwa glikogen yang
terdapat di dalam otot hanya dapat digunakan untuk keperluan energi di dalam
otot tersebut dan tidak dapat dikembalikan ke dalam aliran darah dalam bentuk
glukosa apabila terdapat bagian tubuh lain yang membutuhkannya. Hal ini berbeda
dengan glikogen yang tersimpan di dalam hati yang dapat dikonversi menjadi
glukosa melalui proses glycogenolysis ketika terdapat bagian tubuh
lain yang membutuhkan. Walaupun jumlah karbohidrat yang dapat tersimpan sebagai
glikogen ini memiliki keterbatasan, namun kapasitas penyimpanannya terutama
kapasitas penyimpanan glikogen otot dapat ditingkatkan dengan cara mengurangi
konsumsi lemak dan memperbesar konsumsi bahan pangan kaya akan karbarbohidrat
seperti roti, kentang, jagung,singkong atau juga pasta. Pengisian tubuh dengan
karbohidrat pada masa persiapan ini biasanya dikenal dengan istilah carbohydrate
loading dan akan memberikan manfaat terutama bagi atlet yang akan
berkompetisi dalam cabang olahraga endurance atau atlet yang
akan melakukan latihan atau pertandingan dengan durasi lebih dari 90 menit.
Kecepatan Produksi Energi dalam
Olahraga
Salah satu faktor yang menjadi penyebab utama
penurunan kapasitas perfoma tubuh saat beraktivitas fisik seperti
berolahraga selain karena berkurangnya jumlah cairan dari dalam tubuh juga
disebabkan oleh berkurangnya jumlah simpanan glukosa (energi) tubuh.
Glukosa merupakan nutrisi karbohidrat terpenting
karena mempunyai fungsi utama sebagai penyedia energi
bagi berbagai aktivitas fisik tubuh. Berfungsi sebagai ‘bahan bakar’ utama
dalam proses metabolisme energi, menjadikan simpanannya di dalam aliran
darah (blood glucose), otot dan hati (glikogen) menjadi
salah satu faktor penting yang menentukan performa tubuh saat melakukan
olahraga intensitas tinggi bertenaga, olahraga ketahanan (endurance)
ataupun juga olahraga kombinasi keduanya seperti sepakbola, tenis, bola basket
ataupun bulutangkis.
Mengkonsumsi air putih yang telah ditambahkan
karbohidrat glukosa terbukti dapat membantu meningkatkan performa olahraga.
Karena merupakan karbohidrat dengan bentuk molekul yang paling sederhana,
glukosa mudah diserap dan dapat cepat menyediakan energi bagi
sel-sel tubuh.
Di dalam tubuh konsumsi glukosa
dapat menghasilkan laju produksi energi yang besar hingga 1 gram per
menit. Dan manfaat lebih akan didapatkan apabila glukosa ini dipadukan
karbohidrat jenis lain seperti sukrosa atau fruktosa, karena selain akan
membantu mempercepat proses penyerapan cairan ke dalam tubuh
kombinasi antara glukosa-sukrosa atau glukosa-fruktosa ini juga akan menghasilkan
laju produksi energi yang lebih besar di dalam tubuh hingga mencapai 1.3 gram
per menit.
Aktivitas Aerobik dan Anaerobik dalam Olahraga
Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan
olahraga akan terdiri dari kombinasi 2 jenis aktivitas yaitu aktivitas yang
bersifat aerobik dan aktivitas yang bersifat anaerobik. Kegiatan/jenis olahraga
yang bersifat ketahanan seperti jogging, marathon, triathlon dan juga bersepeda
jarak jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas aerobik yang
dominan sedangkan kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga besar dalam waktu
singkat seperti angkat berat, push-up, sprint atau juga loncat jauh merupakan
jenis olahraga dengan komponen-komponen aktivitas anaerobik yang dominan. Namun
dalam beragamnya berbagai cabang olahraga akan terdapat jenis olahraga atau
juga aktivitas latihan dengan satu komponen aktivitas yang lebih dominan atau
juga akan terdapat cabang olahraga yang mengunakan kombinasi antara aktivitas
yang bersifat aerobik dan anaerobik. Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang
bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran
sumber energi sehingga juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari
organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk
dapat mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan
dengan sempurna. Aktivitas ini biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan
intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang
cukup lama sepeti jalan kaki, bersepeda atau juga jogging.
Aktivitas anaerobik merupakan aktivitas dengan
intensitas tinggi yang membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang singkat
namun tidak dapat dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang lama.
Aktivitas ini biasanya juga akan membutuhkan interval istirahat agar ATP dapat
diregenerasi sehingga kegiatannya dapat dilanjutkan kembali. Contoh dari
kegiatan/jenis olahraga yang memiliki aktivitas anaerobik dominan adalah lari
cepat (sprint), push-up, body building, gimnastik atau juga loncat jauh. Dalam
beberapa jenis olahraga beregu atau juga individual akan terdapat pula
gerakan-gerakan/aktivitas sepeti meloncat, mengoper, melempar, menendang bola,
memukul bola atau juga mengejar bola dengan cepat yang bersifat anaerobik. Oleh
sebab itu maka beberapa cabang olahraga seperti sepakbola, bola basket atau
juga tenis lapangan disebutkan merupakan kegiatan olahraga dengan kombinasi
antara aktivitas aerobik dan anaerobik.
Metabolisme Energi saat Berolahraga
Inti dari semua proses metabolisme energi di dalam
tubuh adalah untuk meresintesis molekul ATP dimana prosesnya akan dapat
berjalan secara aerobik maupun anaerobik. Proses hidrolisis ATP yang akan
menghasilkan energi ini dapat dituliskan melalui persamaan reaksi kimia
sederhana sebagai berikut:
ATP + H2O ---> ADP + H+ + Pi
-31 kJ per 1 mol ATP
Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan
menghasilkan energi sebesar 31 kJ (7.3 kkal) serta akan menghasilkan produk
lain berupa ADP (adenosine diphospate) dan Pi (inorganik fosfat). Pada saat
berolahraga, terdapat 3 jalur metabolisme energi yang dapat digunakan oleh
tubuh untuk menghasilkan ATP yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr),
glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan
juga protein.
Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang
dominan, metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan
karbohidrat, lemak dan sebagian kecil (±5%) dari pemecahan simpanan protein
yang terdapat di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP (adenosine triphospate).
Proses metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan kehadiran
oksigen (O2) yang diperoleh melalui proses pernafasan. Sedangkan
pada aktivitas yang bersifat anaerobik, energi yang akan digunakan oleh tubuh
untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan energi secara cepat ini akan
diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta melalui
glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobik
ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen (O2).
Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat
menghasilkan ATP dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan
metabolisme energi secara aerobik. Sehingga untuk gerakan-gerakan dalam
olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar dalam waktu yang singkat, proses
metabolisme energi secara anaerobik dapat menyediakan ATP dengan cepat namun
hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar ±90 detik. Walaupun
prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme energi secara
anaerobik ini hanya menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik (2 ATP vs 36 ATP per 1
molekul glukosa).
Proses metabolisme energi secara aerobik juga
dikatakan merupakan proses yang bersih karena selain akan menghasilkan energi,
proses tersebut hanya akan menghasilkan produk samping berupa karbondioksida
(CO2) dan air (H2O). Hal ini berbeda dengan proses
metabolisme secara anaerobik yang juga akan menghasilkan produk samping berupa
asam laktat yang apabila terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot dan
menyebabkan rasa nyeri pada otot. Hal inilah yang menyebabkan mengapa
gerakan-gerakan bertenaga saat berolahraga tidak dapat dilakukan secara kontinu
dalam waktu yang panjang dan harus diselingi dengan interval istirahat.
Proses Metabolisme secara Anaerobik
Sistem Creatine (Cr)
Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang
tersimpam di dalam otot sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk creatine
yang sudah ter-fosforilasi yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai
peranan penting dalam proses metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot
untuk menghasilkan ATP. Dengan bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine (PCr) yang
tersimpan di dalam otot akan dipecah menjadi Pi
(inorganik fosfat) dan creatine dimana proses ini juga akan disertai dengan
pelepasan energi sebesar 43 kJ (10.3 kkal) untuk tiap 1 mol PCr.
Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan melalui proses pemecahan PCr ini
melalui proses fosforilasi dapat mengikat kepada molekul ADP (adenosine
diphospate) untuk kemudian
kembali membentuk molekul ATP (adenosine triphospate). Melalui proses
hidrolisis PCr, energi dalam jumlah
besar (2.3 mmol ATP/kg berat basah otot per detiknya) dapat dihasilkan secara
instant untuk memenuhi
kebutuhan energi pada saat berolahraga dengan intensitas tinggi yang bertenaga.
Namun karena terbatasnya
simpanan PCr yang terdapat di dalam jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24
mmol ATP/ kg berat basah maka
energi yang dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat bertahan untuk
mendukung aktivitas
anaerobik selama 5-10 detik.
Karena fungsinya sebagai salah satu sumber energi
tubuh dalam aktivitas anaerobik, supplementasi creatine mulai menjadi popular
pada awal tahun 1990-an setelah berakhirnya Olimpiade Barcelona. Creatine dalam
bentuk creatine monohydrate telah menjadi suplemen nutrisi yang banyak
digunakan untuk meningkatkan kapasitas aktivitas anaerobik. Namun secara alami,
creatine ini akan banyak terkandung di dalam bahan makanan protein hewani
seperti daging dan ikan.
Data dari hasil-hasil penelitian dalam bidang olahraga
yang telah dilakukan menunjukan bahwa konsumsi creatine sebanyak 5-20 g per
harinya secara rutin selama 20 hari sebelum musim kompetisi berlangsung dan
menguranginya menjadi 5 gr/hari saat memulai kompetisi dapat memberikan
peningkatan terhadap jumlah creatine dan phosphocretine di dalam otot
dimana peningkatannya ini juga akan disertai dengan peningkatan dalam performa
latihan anaerobik. Data juga membuktikan bahwa cara terbaik untuk ‘mengisi’
creatine di dalam otot pada saat menjalani rutinitas latihan adalah mengimbanginya
dengan mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar dan mengkonsumsi lemak dalam
jumlah yang kecil.
Glikolisis (Sistem Glikolitik)
Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme
energi yang dapat berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses
metabolisme energi ini mengunakan simpanan glukosa yang sebagian besar akan
diperoleh dari glikogen otot atau juga dari glukosa yang terdapat di dalam
aliran darah untuk menghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi
di dalam sitoplasma sel ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam
piruvat dimana proses ini juga akan disertai dengan membentukan ATP. Jumlah ATP
yang dapat dihasilkan oleh proses glikolisis ini akan berbeda bergantung
berdasarkan asal molekul glukosa. Jika molekul glukosa berasal dari dalam darah
maka 2 buah ATP akan dihasilkan namun jika molekul glukosa berasal dari
glikogen otot maka sebanyak 3 buah ATP akan dapat dihasilkan. Mokelul asam
piruvat yang terbentuk dari proses glikolisis ini dapat mengalami proses metabolisme
lanjut baik secara aerobik maupun secara anaerobik bergantung terhadap
ketersediaan oksigen di dalam tubuh. Pada saat berolahraga dengan intensitas
rendah dimana ketersediaan oksigen di dalam tubuh cukup besar, molekul asam
piruvat yang terbentuk ini dapat diubah menjadi CO2 dan H2O
di dalam mitokondria sel. Dan jika ketersediaan oksigen terbatas di dalam tubuh
atau saat pembentukan asam piruvat terjadi secara cepat seperti saat melakukan
sprint, maka asam piruvat tersebut akan terkonversi menjadi asam laktat.
Metabolisme
Energi Secara Aerobik
Pada jenis-jenis olahraga yang bersifat ketahanan
(endurance) seperti lari marathon, bersepeda jarak jauh (road cycling) atau
juga lari 10 km, produksi energi di dalam tubuh akan bergantung terhadap sistem
metabolisme energi secara aerobik melalui pembakaran karbohidrat, lemak dan
juga sedikit dari pemecahan protein. Oleh karena itu maka atlet-atlet yang
berpartisipasi dalam ajang-ajang yang bersifat ketahanan ini harus mempunyai
kemampuan yang baik dalam memasok oksigen ke dalam tubuh agar proses metabolisme
energi secara aerobik dapat berjalan dengan sempurna.
Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan
proses metabolisme yang membutuhkan kehadiran oksigen (O2) agar
prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk menghasilkan ATP. Pada saat
berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa
darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan lemak dalam bentuk trigeliserida
akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi energi secara aerobik di
dalam tubuh. Namun bergantung terhadap intensitas olahraga yang dilakukan,
kedua simpanan energi ini dapat memberikan jumlah kontribusi yang berbeda.
Secara singkat proses metabolisme energi secara
aerobik seperti yang ditunjukan pada gambar di atas. Dari gambar tersebut dapat
dilihat bahwa untuk meregenerasi ATP, 3 simpanan energi akan digunakan oleh
tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa,glikogen), lemak dan juga protein.
Diantara ketiganya, simpanan karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi
utama saat berolahraga dan oleh karenanya maka pembahasan metabolisme energi
secara aerobik pada tulisan ini akan difokuskan kepada metabolisme simpanan
karbohidrat dan simpanan lemak.
Pembakaran
Karbohidrat
Secara singkat proses metabolime energi dari glukosa
darah atau juga glikogen otot akan berawal dari karbohidrat yang dikonsumsi.
Semua jenis karbohidrat yang dkonsumsi oleh manusia baik itu jenis karbohidrat
kompleks (nasi, kentang, roti, singkong dan sebagainya) ataupun juga
karbohidrat sederhana (glukosa, sukrosa, fruktosa) akan terkonversi menjadi
glukosa di dalam tubuh. Glukosa yang terbentuk ini kemudian dapat tersimpan
sebagai cadangan energi sebagai glikogen di dalam hati dan otot serta dapat
tersimpan di dalam aliran darah sebagai glukosa darah atau dapat juga dibawa ke
dalam sel-sel tubuh yang membutuhkan. Di dalam sel tubuh, sebagai tahapan awal
dari metabolisme energi secara aerobik, glukosa yang berasal dari glukosa darah
ataupun dari glikogen otot akan mengalami proses glikolisis yang dapat
menghasilkan molekul ATP serta menghasilkan asam piruvat. Di dalam proses ini,
sebanyak 2 buah molekul ATP dapat dihasilkan apabila sumber glukosa berasal
dari glukosa darah dan sebanyak 3 buah molekul ATP dapat dihasilkan apabila
glukosa berasal dari glikogen otot.
Setelah melalui proses glikolisis, asam piruvat yang
dihasilkan ini kemudian akan diubah menjadi Asetil-KoA di dalam mitokondria.
Proses perubahan dari asam piruvat menjadi Asetil-KoA ini akan berjalan dengan
ketersediaan oksigen serta akan menghasilkan produk samping berupa NADH yang
juga dapat menghasilkan 2-3 molekul ATP. Untuk memenuhi kebutuhan energi bagi
sel-sel tubuh, Asetil-KoA hasil konversi asam piruvat ini kemudian akan masuk
ke dalam siklus asam-sitrat untuk kemudian diubah menjadi karbon dioksida (CO2),
ATP, NADH dan FADH melalui tahapan reaksi yang kompleks.
Setelah melewati berbagai tahapan proses reaksi di
dalam siklus asam sitrat, metabolisme energi dari glukosa kemudian akan
dilanjutkan kembali melalui suatu proses reaksi yang disebut sebagai proses
fosforlasi oksidatif. Dalam proses ini, molekul NADH dan juga FADH yang
dihasilkan dalam siklus asam sitrat akan diubah menjadi molekul ATP dan H2O.
Dari 1 molekul NADH akan dapat dihasilkan 3 buah molekul ATP dan dari 1 buah
molekul FADH akan dapat menghasilkan 2 molekul ATP. Proses metabolisme energi
secara aerobik melalui pembakaran glukosa/glikogen secara total akan
menghasilkan 38 buah molekul ATP dan juga akan menghasilkan produk samping
berupa karbon dioksida (CO2) serta air (H2O). Persamaan
reaksi sederhana untuk mengambarkan proses tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut:
Glukosa + 6O2 +38 ADP + 38Pi à 6 CO2
+ 6 H2O + 38 ATP
Pembakaran Lemak
Langkah awal dari metabolisme energi lemak adalah
melalui proses pemecahan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh yaitu
trigeliserida. Trigeliserida di dalam tubuh ini akan tersimpan di dalam
jaringan adipose (adipose tissue) serta di dalam sel-sel otot (intramuscular
triglycerides). Melalui proses yang dinamakan lipolisis, trigeliserida yang
tersimpan ini akan dikonversi menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol.
Pada proses ini, untuk setiap 1 molekul trigeliserida akan terbentuk 3 molekul
asam lemak dan 1 molekul gliserol. Kedua molekul yang dihasilkan melalu proses
ini kemudian akan mengalami jalur metabolisme yang berbeda di dalam tubuh.
Gliserol yang terbentuk akan masuk ke dalam siklus metabolisme untuk diubah
menjadi glukosa atau juga asam piruvat. Sedangkan asam lemak yang terbentuk
akan dipecah menjadi unit-unit kecil melalui proses yang dinamakan ß-oksidasi
untuk kemudian menghasilkan energi (ATP) di dalam mitokondria sel. Proses
ß-oksidasi berjalan dengan kehadiran oksigen serta membutuhkan adanya
karbohidrat untuk menyempurnakan pembakaran asam lemak. Pada proses ini, asam
lemak yang pada umumnya berbentuk rantai panjang yang terdiri dari ± 16 atom
karbon akan dipecah menjadi unit-unit kecil yang terbentuk dari 2 atom karbon.
Tiap unit 2 atom karbon yang terbentuk ini kemudian dapat mengikat kepada 1
molekul KoA untuk membentuk asetil KoA. Molekul asetil-KoA yang terbentuk ini
kemudian akan masuk ke dalam siklus asam sitrat dan diproses untuk menghasilkan
energi seperti halnya dengan molekul asetil-KoA yang dihasilkan melalui proses
metabolisme energi dari glukosa/glikogen.
Metabolisme
Energi untuk Olahraga Kombinasi Aerobik dan Anaerobik
Beberapa jenis olahraga beregu atau individual seperti
sepakbola, bola basket atau juga tenis merupakan olahraga yang menggunakan
kombinasi antara aktivitas intensitas tinggi dan aktivitas intensitas rendah.
Pada jenis olahraga ini, proses metabolisme energi di dalam tubuh dapat
berjalan secara simultan melalui metabolisme energi secara aerobik dan
anaerobik. Pada aktivitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan power
secara cepat seperti saat berlari untuk mengejar bola atau saat memukul bola
dengan keras, metabolisme energi tubuh akan berjalan secara anaerobik melalui
sumber energi yang diperoleh dari simpanan ATP, simpanan phosphocreatine (PCr)
dan simpanan karbohidrat .Sedangkan saat melakukan aktivitas dengan intensitas
rendah seperti saat berlari secara perlahan, metabolisme energi tubuh akan
berjalan secara aerobik dengan sumber energi diperoleh dari simpanan
karbohidrat (glikogen otot & glukosa darah), lemak dan juga protein. Pada
olahraga beregu yang umumnya merupakan kombinasi antara endurance serta speed
dan power, diantara semua bentuk simpanan energi yang akan digunakan dalam
proses metabolisme energi baik secara aerobik maupun anaerobik, simpanan energi
yaitu simpanan karbohidrat (glikogen otot & glukosa darah) dan simpanan
lemak akan memberikan kontribusi yang lebih besar untuk menyediakan energi bagi
tubuh. Diantara simpanan lemak dan karbohidrat, simpanan karbohidrat akan
memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan simpanan lemak untuk
menghasilkan energi dalam olahraga beregu. Dan oleh karena simpanan karbohidrat
berada dalam jumlah yang terbatas dibandingkan dengan simpanan lemak maka
berkurangnya simpanan karbohidrat merupakan pembatas bagi kemampuan tubuh untuk
mempertahankan performa pada olahraga ini.
Pengertian Sistem Energi Latihan
Mari Berkawand - Energi didefinisikan sebagai
kapasitas atau kemampuan untuk melakukan kerja, sedangkan kerja didefiniskan
sebagai penerapan suatu gaya melalui suatu jarak. Dengan demikian energi dan kerja
tidak dapat dipisahkan (Fox, 1984: 11).
Banyak energi yang digunakan untuk kerja otot tergantung pada intenitas, frekuensi, serta ritme dan durasi latihan. Energi yang diperlukan untuk suatu latihan kegiatan atau kontrasi otot tidak dapat diserap langsung dari makanan yang dimakan, tetapi diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP (Adenosin Triphospahte). ATP inilah merupakan sumber energi yang langsung digunakan otot untuk melakukan kontraksi.
Banyak energi yang digunakan untuk kerja otot tergantung pada intenitas, frekuensi, serta ritme dan durasi latihan. Energi yang diperlukan untuk suatu latihan kegiatan atau kontrasi otot tidak dapat diserap langsung dari makanan yang dimakan, tetapi diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP (Adenosin Triphospahte). ATP inilah merupakan sumber energi yang langsung digunakan otot untuk melakukan kontraksi.
ATP merupakan suatu komponen kompleks yang tersusun atas suatu komponen adenosine dan tiga komponen phosphate. ATP tersimpan dalam otot rangka dalam jumlah yang sangat terbatas. Agar supaya kontraksi otot tetap berlangsung, maka ATP ini harus segera disintesis kembali. ATP bisa diberikan pada sel-sel otot melalui 3 (tiga) cara metabolisme, yaitu: 2 (dua) secara anaerobik dan 1 (satu) secara aerobik. Ketiga cara ini disebut: (1) Sistem ATP-PC (2) Glikolisis anaerobik; (3) Sistem Aerobik.
1) ATP-PC (Sistem Phosphagen)
Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot berlatih lebih banyak, maka persediaan ATP menjadi lebih besar. Agar otot dapat berkontraksi berulang-ulang dengan cepat dan kuat, maka ATP harus dibentuk dengan cepat. Pembentukan kembali ATP (resistesis ATP) diperlukan energi. Energi tersebut berasal dari PC (Phospho Creatine) yang juga terdapat di dalam otot. Apabila PC dipecah akan keluar energi. Pemecahan tersebut tidak memerlukan oksigen. PC ini jumlahnya sangat sedikit, tetapi merupakan sumber energi tercepat untuk pembentukan kembali ATP. ATP-PC sudah tersimpan di dalam otot. Keduanya dapat memberikan energi yang cukup dalam kerja fisik maksimal yang dilakukan dalam waktu 5 – 10 detik. Substansi tersebut segera dibentuk kembali setelah 30 detik. Sumber energi ini sudah terbentuk sekitar 70%, tetapi untuk mencapai 100% diperlukan waktu 2 – 3 menit. Sistem ini merupakan sumber energi yang dapat digunakan secara cepat yang diperlukan untuk olahraga yang memerlukan kecepatan tinggi.
2) Glikolisis Anaerobik (Sistem Asam Laktat)
Apabila cadangan PC yang digunakan untuk resistesis ATP berkurang, maka dilakukan pemecahan cadangan glikogen tanpa menggunakan oksigen (anaerobic glycolisis). Dalam proses ini diperlukan reaksi yang lebih panjang dari pada sistem phosphagen, karena glikolisis ini menghasilkan asam laktat, sehingga pembentukan energi lewat sistem ini lebih lambat. Aktivitas yang dilakukan secara maksimal dalam waktu 45 – 60 detik menimbulkan akumulasi asam laktat.
Asam laktat yang terbentuk dalam glikolisis anaerobik akan menurunkan pH dalam otot maupun darah. Perubahan pH ini akan menghambat kerja enzim-enzim atau reaksi kimia dalam sel tubuh, terutama dalam otot sehingga menyebabkan kontraksi menjadi lemah dan akhirnya otot mengalami kelelahan. Untuk menghilangkannya diperlukan waktu 3 – 5 menit. Apabila glikolisis anaerobik ini terus berlangsung, maka pH akan menjadi sangat rendah sehingga menyebabkan atlet tidak dapat meneruskan aktivitasnya.
Semua olahraga yang memerlukan kecepatan, pertama-tama menggunakan sistem phosphagen dan kemudian sistem asam laktat. Selanjutnya, timbunan asam laktat dapat diubah menjadi glukosa lagi dalam hati. Untuk olahraga yang memerlukan waktu 1 sampai 3 menit, energi yang digunakan terutama dari glikolisis ini.
3) Sistem Aerobik
Untuk jenis olahraga ketahanan yang tidak memerlukan gerakan yang cepat, pembentukan ATP terjadi dengan metabolisme aerobik. Apabila cukup oksigen, maka 1 mole glukosa dipecah secara sempurna menjadi CO2 (karbon dioksida) dan H2O (air), serta mengeluarkan energi yang cukup untuk resistesis 3 mole ATP. Untuk reaksi tersebut diperlukan beratus-ratus reaksi kimia serta pertolongan beratus-ratus enzim, dengan sendirinya sangat rumit bila dibandingkan dengan kedua sistem terdahulu. Reaksi aerobik ini terjadi di dalam mitokhondria
Manusia dalam melakukan
kegiatan/aktivitas setiap hari membutuhkan energi, baik untuk bergerak maupun
untuk bekerja. Kemampuan tubuh manusia untuk melangsungkan kegiatannya
dipengaruhi oleh struktur fisiknya. Tubuh manusia terdiri dari struktur tulang,
otot, syaraf, dan proses metabolisme. Rangkah tubuh manusia disusun dari 206
tulang yang berfungsi untuk melindungi dan melaksanakan kegiatan fisiknya,
dimana tulang-tulang tersebut dihubungkan dengan sendi-sendi otot yang dapat
berkontraksi. Otot-otot ini berfungsi mengubah energi kimia menjadi energi
mekanik, dimana kegiatannya dikontrol oleh sistem syaraf sehingga dapat bekerja
secara optimal.
Hasil dari proses metabolisme yang
terjadi di otot, berupa kumpulan proses kimia yang mengubah bahan makanan
menjadi dua bentuk, yaitu energi mekanik dan energi panas. Proses dari
pengubahan makanan dan air menjadi bentuk energi. Bahan makanan yang diproses
pada sistem pencernaan yang meliputi Lambung diruai/dihaluskan menjadi seperti
bubur, kemudian masuk ke usus halus untuk diserap bahan-bahan makanan tersebut
yang selanjutnya masuk ke sistem peredaran darah, menuju ke sistem otot.
Begitu juga dengan udara yang
dihirup melalui hidung akan masuk ke paru-paru/sistem pernafasan, dimana zat
oksigen yang turut masuk ke paru-paru selanjutnya oleh paru-paru dikirim ke
sistem peredaran darah. Selain itu paru-paru berfungsi juga untuk mengambil
karbon dioksida dari sistem peredaran darah untuk dikeluarkan dari dalam tubuh.
Selanjutnya oksigen yang telah berada di sistem peredaran darah dikirimkan ke
sistem otot, yang akan bertemu dengan zat gizi untuk beroksidasi menghasilkan
energi.
Selain menghasil energi, proses ini
menghasilkan juga asam laktat yang dapat menghambat proses metabolisme
pembentukan energi selanjutnya. Selama kebutuhan oksigen terpenuhi proses
metabolisme, oksigen sisa yang ada di dalam darah digunakan untuk menguraikan
asam laktat menjadi glikogen untuk digunakan kembali menghasilkan energi
kembali.
Kemudian bila dilihat dari proses
tempat terjadinya pembentukan energi pada tubuh manusia, maka perlu dijelaskan
mekanisme pada tingkat sel. Hal ini dipandang perlu, agar konsep pembentukan
energi tenaga dalam yang akan diterangkan pada edisi berikutnya dapat dipahami
dengan baik.
Bila ditinjau pada tingkat sel,
tubuh manusia disusun dari 100 triliun sel dan mempunyai sifat dasar tertentu
yang sama. Setiap sel digabung oleh struktur penyokong intrasel, dan secara
khbusus beradaptasi untuk melakukan fungsi tertentu. Dari total sel yang ada
tersebut, 25 triliun sel merupakan sel darah merah yang mempunyai fungsi
sebagai alat tranportasi bahan makanan dan oksigen di dalam tubuh dan membawa
karbon dioksida menuju paru-paru untuk dikeluarkan.
Disamping itu, hampir semua sel juga
mempunyai kemampuan untuk berkembang biak,
walaupun sel-sel tertentu rusak karena suatu sebab, sel-sel yang tersisa dari jenisnya akan membelah diri secara kontinyu sampai jumlah yang sesuai/membentuk seperti semula. Semua sel menggunakan oksigen sebagai salah satu zat utama untuk membentuk energi, dimana mekanisme umum perubahan zat gizi menjadi energi di semua sel pada dasarnya sama.
walaupun sel-sel tertentu rusak karena suatu sebab, sel-sel yang tersisa dari jenisnya akan membelah diri secara kontinyu sampai jumlah yang sesuai/membentuk seperti semula. Semua sel menggunakan oksigen sebagai salah satu zat utama untuk membentuk energi, dimana mekanisme umum perubahan zat gizi menjadi energi di semua sel pada dasarnya sama.
Bahan makanan yang berupa
karbohidrat, lemak, dan protein yang dioksidasi akan menghasilkan energi.
Energi dari karbohidrat, lemak, dan protein semuanya digunakan untuk membentuk
sejumlah besar Adenosine TriPosphate (ATP), dan selanjutnya ATP tersebut
digunakan sebagai sumber energi bagi banyak fungsi sel. Bila ATP di urai secara
kimia sehingga menjadi Adenosine DiPosphate (ADP) akan menghasilkan energi
sebesar 8 kkal/mol, dan cukup untuk berlangsungnya hampir semau langkah reaksi
kimia dalam tubuh. Beberapa reaksi kimia yang memerlukan energi ATP hanya
menggunakan beberapa ratus kalori dari 8 kkal yang tersedia, sehingga sisa
energi ini hilang dalam bentuk panas. Beberapa fungsi utama ATP sebagai sumber
energi adalah untuk mensintesis komponen sel yang penting, kontraksi otot, dan
transport aktif untuk melintasi membran sel.
Kesimpulan
Selama berolahraga, secara ideal energi harus
dapat diperoleh oleh sel-sel otot dengan laju yang sama dengan
kebutuhannya. Proses produksi energi di dalam tubuh dapat berjalan melalui dua
proses metabolisme yaitu metabolisme aerobik dan metabolisme anaerobik.
Metabolisme energi pembakaran lemak dan karbohidrat dengan kehadiran
oksigen (O2) yang akan diperoleh melalui proses pernafasan disebut
dengan metabolisme aerobik. Sedangkan proses metabolisme energi tanpa kehadiran
oksigen (O2) disebut dengan metabolisme anaerobik.
Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua
kompartemen utama yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Pada
jaringan otot, glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 1% dari total massa
otot sedangkan di dalam hati glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 8-10%
dari total massa hati. Walaupun memiliki persentase yang lebih kecil namun
secara total jaringan otot memiliki jumlah glikogen 2 kali lebih besar di
bandingkan dengan glikogen hati. Sebagai sumber energi simpanan glikogen yang
terdapat di dalam tubuh secara langsung akan mempengaruhi kapasitas atau
performa seorang atlet saat menjalani program latihan ataupun juga saat
pertandingan.
Saran
- Konsumsi karbohidrat setelah latihan atau pertandingan akan mempercepat penyimpanan glikogen yang kemudian juga akan mempercepat proses pemulihan (recovery) seorang atlet, maka dari itu seorang atlet disarankan untuk mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat.
- Untuk mencegah pemakaian protein secara berlebihan sebagai sumber energi saat berolahraga, seorang atlet diharapkan untuk mengkonsumsi karbohidrat yang cukup agar dapat meningkatkan simpanan glikogen dan juga dapat menjaga level glukosa darah di dalam tubuh
DAFTAR PUSTAKA
- http://www.indoskripsi.com
- http://poltonsport.com
- Guyton A.C,”Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit”, ECG, Jakarta, 1987.
- Schumm D.E,“Intisari Biokimia”, Binarupa Aksara, Jakarta, 1993.
- Vanders, et al,”Human Physiology”, 6Th Edition, McGraw-Hill, 1994.
- https://adhychezz.wordpress.com/kehidupan/sistem-energi-pada-manusia/
·
http://rendrapjk08.wordpress.com/2010/11/01/sistem-energi-dan-metabolisme-energi-dalam-olahraga/
·